I was an Ugly Duckling, I am a Beautiful Swan.
Unknown on
Shinta, kebanyakan orang memanggilku demikian. Ketika di Amerika orang orang memanggilku shinny, keluargaku memanggilku Fira. Sahabat sahabat ku memanggilku Buye. Entahlah mana yang harus kalian pakai. Yang jelas aku suka semua nama panggilan diatas.
Aku seorang gadis, jika kalian mengenalku sudahlah pasti aku memiliki faras Sunda. Maklum saja karena orang tuaku memang keturuan Sunda. Ayahku orang Ciamis dan Ibuku asli dari Sumedang. Pantas saja jika aku dilahirkan seperti ini. Aku adalah anak pertama dari empat bersaudara yang Lahir pada tanggal 27 Agustus 1993 di Suci – Bandung.
Saat aku lahir. Keluarga ini berada dalam keadaan yang begitu sulit. Kehadiranku tampaknya membuat keluarga ini semakin tertekan untuk mendapatkan kebutuhan ekonomi yang lebih. Kedua orang tuanya tergolong pasangan suami istri yang Muda. Saat menikah, keduanya berusia 24 dan 20.
Sejak kecil aku tumbuh dengan kemampuan akademik yang memukau. Hobi yang kusukai sejak kecil adalah menggambar. Bakat inilah yang pertama muncul. Seiring waktu berjalan aku menghabiskan banyak waktunya untuk giat mengikuti perlombaan. Puluhan Piala dan Piagam perhargaan diraih. Selama itu terkadang ibuku kebingungan dengan keinginannya yang besar. Terkadang ibuku terlolong lelah mengantarkan ku disetiap event yang diadakan di Kota Bandung. Prestasiku kian meluas dan dikenal banyak orang, padahal saat itu dia menginjak usia 9 tahun.
Perlombaan manggambar atau bakhkan lomba lomba lain seperti menyanyi tmapaknya telah menjadi suatu Hobi tersendiri untukku. Kebanyakan anak – anak merasa enggan / malu untuk mengikikuti event event seperti ini. Mentalku sudah terasah sejak kecil. Tak aneh jika sekanrang aku terbebas mencurahkan keinginannya untuk mendpatakan mimpinya. Semua itu tentunya berkat didikan dari orangtuaku.
Saat mengijak kelas 5 SD, aku harus pergi dari Negara tercintanya Indonesia. Berkat sosok ayah yang ternyata pewaris dari kemampuanku ini memiliki sifat yang sama. Pejuang keras dan pantang menyerah. Kesempatan adalah suatu pilihan yang tidak akan pernah datang lagi. Prinsip dan arah hidup yang tertata membuat kehidupan merkea semakin bermakna. Tak kalah denga bunda. Memiliki potensi yang luar biasa. Kecantikan dan keramahanku ternyata turunan dari Bunda.
Sejak kecil aku memang dikenal sebagai gadis yang ramah tamah, layaknya budaya sunda. Raut wajah yang bersinar. Senyumannya selalu berbungan setiap dia bertemu dengan orang orang disekitarku.
Ayahku saat itu berkerja disalahsatu perusahaan asing, Tentu itu adalah suatu impiah orang – orang untuk mendapatkan gaji yang cukup melimpah, namun apa daya. Ayahku bukan orang yang tergiur dengan kelimpahan harta. Bunda selalu mengingatkan ayah agar tetap bersyukur menjalani kehidupan kita saat ini. Semua itu tidak berjalan sesuai. Komitment yang mereka jalani ketika memiliki anak adalah anak pertama mereka harus menempuh pendidikan di luar negeri. Ada alasan tertentu yang tentunya membuat keluarga ini meninggalkan Negara Indonesia ini.
Datang suatu tawaran, ini adalah suatu bonus dari kantor ayahnya. Hal itu adalah suatu tawaran kehidupan di luar negeri taptnya Amerika. Ayahku tidak berpikir panjang, memang kala itu untuk pergi keluar negeri adalah impian semua orang, namun tidak banyak dari mereka yang takut u ntuk menjalankanya. Padahal kehidupan diluar jauh lebih bahagia dari pada kondisi Indonesia saat itu.
Krisis moneter yang terjadi dinegeri ini dan demo yang sering dilakukan mahasiswa, saatu itu keadaan Indonesia kian terpuruk. Keadaan keluargaku pun berada ditengah tengahnya. Apa boleh buat, kesempatan tidak akan pernah datang dua kali. Dengan berkeras hati dan keyakinan yang tinggi, hanya beberapa minggu saja ayahku memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia.
Ini adalah keputusan yang tidak akan orang lain lakukan, hanya bermodalkan mampu berbahasa asing. Tak ada uang dan pengalaman. Semuanya hanya meraka pelajari dari buku tentang kehidupan di negera tujuan mereka tersebut. …………………..
Diusia 15 tahun, aku sedang menembuh sekolah menengah atas di West Haven High School, America. Demi menjadi kakak yang sukses dan mengurangi beban orang tua, aku selalu berusaha agar aku mampu meraih preastasi gimelang. Prinsipku selalu tertuju pada pendidikan, karena aku merasa bahwa disanalah kemampuanku yang sebenarnya.
Hari demi hari terus kulewati, setiap hari kuhabiskan waktuku hanya untuk belajar.
Lingkunganku sungguh sangat berbahaya, bagi seorang remaja, kehidupan disana cukuplah ganas. Free sex and drugs adalah hal yang pasti sering kalian dengar. Namun, keadaan disana berbanding terbalik keadaan di Negara kelahiranku ini. Prestasiku baik, aku mendapatkan banyak penghargaan. Semua itu sudah menjadi terbiasa sejak aku menginjak bangku sekolah dasar.
Memasuki usia remaja, berat badanku 78kg dengn tinggi 172cm. Ini menjadi neraka besar bagi para remaja. Ditambah dengan kulikku yang hitam. Kebanyakan orang menghindar denga bau badanku. Tanpa kusadari aku memang tidak pernah menpedulikan hal hal seperti itu, karena yang ada diotakku selalu tertuju pada pendidikan. Pendidikan adalah kunci utama kesuksesanku. Tak peduli siapa lingkunganku, siapa yang kuhadapi. Semuanya terus kulakukan demi impianku.
Cita- citaku ingin menjadi seorang dokter, itulah tujuanku selama ini. Hal lain yang aku suka adalah Tenis. namun apa daya aku tak mampu berlari dengan cepat. Kegiatan itu aku lakukan hanya sekedar menjaga kesehatanku agar tetap kekar dalam menempuh pendidikan ku. Saat saat renggang aku habiskan waktu ku untuk menonton film korea. Seringkali orang tuaku mencaci maki karena kebiasaan jelekku. Kadang aku diam diam untuk menonton film kesukaanku tersebut.
Menginjak kelas tiga SMA, aku harus kembali ke Negara asalku Indonesia. Semuanya kulakukan mengikuti karir orangtua ku. kepindahanku tak berjalan dengan apa yang aku impikan. Aku mendapatkan banyak kesulitan. Dari mulai bahasa, terutama Sunda, lingkungan, kehidupan, makanan bahkan pendidikan. Bulan pertama kepindahanku, aku merasa kecewa dengan sistem pendidikan yang ada di negeri ini, aku sempat mengurung diri selama tiga bulan karena tidak bisa melanjutkan sekolahku disini. Alasannya begitu singkat. “UANG”. Aku orang Indonesia, aku lama hidup di Amerika, jika saja aku tahu itu, akan ku selesaikan sejak awal kepindahanku.
Setelah sekian bulan urusan pendidikanku dipersulit di tanah kelahiranku sendiri. Aku masuk disalah satu sekolah menengah atas di Kota Bandung.
Disinilah mulai terasa apa yang harus aku hadapi, merasakan banyak sekali beban yang harus kulewati.
Aku selalu teringat dengan ucapan ayahku, bahwa menjadi seseorang yang aku impikan tidaklah mudah. Hal pertama yang sering dia katakana adalah “jika kamu ingin sesuatu, lakukan sekarang. Jika kamu menundanya, jangan berharap kamu mampu meraihnya. Pray, plan and do it”.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar tidak berunsur SARA dan PORNO
Jadilah manusia bersosial dengan komenar yang baik dan benar